pengalaman adalah guru terbaik kehidupan

poetry love

Minggu, 28 Desember 2014

Raung Langit Berdiri


Berkecepak langkahku berlari
Menjauh dari uluran api
Julurkn lidah meremukkanku
Tetes-tetes mengalir padu
Lepaskan jejak iring mengiring
Hei!!!!
Jangan kau mengusikku !
Dengan noda hitam berdebumu !
Cuih...
Biarkan aku berlari
Tuk temukan arti diri
Berawal langit gemuruh
Aku berlari menatap langit
Menutup mata dengan damai
Hingga luka mengalir bersama air
Aku disini

Sebuah Kesilapan


Kadang aku harus abaikan rasa
Dengan takut akan sebuah kesilapan
Kadang aku harus abaikan logika
Dengan takut sebuah keterusterangan
Berbuat apapun aku, itu kesilapan
Berkata apapun aku, itu kesilapan
Aku melawan ego dengan jujur
Aku tidak rasional
Aku melawan jujur dengan ego
Aku bahkan terlalu naif
Terlalu penuh pikir
Terlalu penuh rasa
Terlalu penuh akan orang lain
Hingga aku berbuat kesilapan

Cerbung : Pahitnya Kenyataan itu (Part 1)


"Sayang, aku cinta kamu. Happy anniversary ya, cinta !" ucap Imam sembari memberi sebuah kado yang digenggamnya dengan bangga hasil jerih payahnya.
***

Kado itu berisi jam Alexandre Christie. Jam itu Imam dapatkan berkat bekerja dengan seorang Ibu-ibu yang melanjutkan seolah megisternya. Imam bekerja sebgai penerjemah dengan kemampuan bahasa inggrisnya yang mengalir begitu saja. Entah bagaimana otaknya itu. Ia membuat perjanjian dengan Ibu itu, akan menyelesaikan makalah tersebut selama satu bulan.

Harapannya atas jeri payahnya itu membuatnya begitu semangat dengan hasil yang akan ia berikan nanti pada Anita. Ia sangat bahagia. Karena begitu semangatnya, selama bekerja senyum sumringah Imam tak sedikitpun kendur, matanya bersinar terang membayangkan betapa bahagianya Anita nanti. Ya, kado yang berputar-putar di fikirannya untuk perayaan hari jadian mereka yang ketiga tahun.

***
Pagi itu Imam kuliah pukul 9 hingga pukul 12 siang. Ia sedang fokus dengan Pak Hanafi, mata kuliah audit. Tidak diherankan, Imam adalah mahasiswa kesayangan Pak Hanafi, sekaligus menjabat sebagai Ketua dari mahasiswanya. 

"Imam, apakah teman-temanmu sudah mengumpulkan makalah mereka?"
"Sudah Pak, sebentar saya ambilkan dalam tas saya"
"Ya, cepat ya!"
"Ini Pak, jumlahnya 21"
"Bukankah kalian berjumlah 20 orang ya? kenapa berlebih?"
"Mungkin ada teman yang mengumpulkan tugas sebelumnya Pak, tugas sebelumnya kan cuma 19. :)"
"Oh, iya. Nanti saya periksa "
"Ia Pak"
"Terima kasih Mam"
"Sama-sama Pak, memang sudah tugas saya :)"

Kemudian Pak Hanafi berlalu Imam kembali ke kost-an nya.
***
"Arrggg... Capek juga nih"
Kriiiingggg...krinnggggg.....
"Assalamu'alaikum Imam. Gimana tugas saya? Sudah selesai kan?"
"Waalaikumussalam bu, sudah bu."
"Oke deh, nanti anterin kerumah Aldo aja ya, ntar saya transfer uangnya"
"Ia buk, siiippp. Kalo ada ugas lagi, hubungi saya aja ya buk", tawar Imam dengan senyum yang mengembang bahagia.
***
 Imam langsung berangkat kerumah Aldo dengan membawa tasnya tadi.
"hey broo, ada apa nih?"
"hey juga bro, ini nih Tante lo nyuruh gue nitip makalah dia ke elo"
"oh iya, tadi dia telepon tuh"
"bentar gue ambilin"
Imam gelisah, makalah bu Susi tidak ada dalam tasnya, nihil. Yang ada malah makalah temannya.
Astagfirullah. Gimana nih, sepertinya makalahnya tertukar ama yang gue kasih ke Pak Hanafi. Bukannya Pak Hanafi katanya mau ke Aussi siang ini? Oh God..., pikirnya
"Al, kayaknya tugas Tante lo ketuker ama dosen gue nih"
"Yah kok bisa?"
"........."
Pahitnya Kenyataan itu,
Part 1

Dikau 2 : Bukan


Bukan jatuh cinta namanya jika sakit
Bukan terbang namanya jika tak bersayap
Bukan hidup namanya jika tak rumit
Bukan manis namanya jika tak bergula
Bukan merah namanya jika tak ada putih
Bukan cinta namanya jika tak ada rasa
Bukan kita namanya jika tak ada kamu
Bukan !

Dikau : Saat Cinta Rindukan Tawa


Saat tatapan mendesir hati
Saat senyum mencari ruang
Saat mata bertemu mata
Saat senyum lirikkan mata
Saat kaki seiring berjalan
Dan saat pandang bertemu pandang
Sejak saat bertemu saat
Sudut mata mencari warna
Sudut hati mencari cinta
Kutatap kau dari pelosok ini
Mencari sebuah senyum yang menerpa
Menteli sebuah tawa yang langka
Selalu saja terlambat
Andai aku bisa membuat bibir itu tertawa
Biar indah pesonamu

Setetes Pilu dalam Senyum Simpul

Bertingkat-tingkat Piramid Mesir
Bertingkat pula rasa ini
Jumpa wajah harapan jiwa
Kuil rindu akan menanti
Tersimpan senyum lukisan mata
Tertanam gemuruh rasa bertemu
Sejarah kita disini bersama
Membuat kita tak sedulur
Pahatan demi pahatan tlah terukir
Jangan lupakan jejak mengikat
Sistematis ilmu menyeruak
Menyebar dalam filsafat jiwa
Sampai jumpa Dewi Aphrodite
Zhelayu Uspekho
Kau datang dan kau pergi
Tinggalkan setetes pilu dalam senyum simpul

Menapak Langit Namun Terjatuh


Kusam dibalik gerai
Terlintas wajah sendu
Dalam petaka menatap rintik
Mencekung menatap lumpur
Sialan...
Tidak terjatuh
Menatap sinar berpadu sinar
Menyipu cinta berpadu cinta
Menghening sekabel jiwa
Dalam sudut aku tersenyum
Menatap bulan menepuk
Melirik langit bersama permadani
Kedamaian datang bersama tangis
Nakal, berbatas bintang
Berbeda bintang
Ya..
Bintang menanti kita sejalan

Bayangan


Kucium aroma memori lalu
Kupandang matamu hangat bersinar
Kurasakan hangat cintamu
Bayangan !
Hanya bayangan cinta akan dirimu
Teringat kau genggam hati ini
Terbayang kau belai cinta ini
Teringat selalu. Terbayang dirimu
Kau ucapkan,"bersenang-senanglah"
Seakan hari hanya hari ini?
Kenapa?
Aku masih ingin di dekatmu
Aku masih betah dalam dekapmu
Aku merindukan alunan lagumu
Yang memanjakanku
Yang memperhatikanku
Dan kini...
Hanya sebatas bayangan

Kembali


Mungkinkah aku salah?
Atau memangkah aku bersalah?
Salahkah jika aku masih...
Salahkah jika aku tetap...
Salahkah jika aku selalu...
Aku masih, tetap dan selalu mencintaimu
Tak diperbolehkankah aku?
Aku selalu berharap dan menunggumu
Takkan ku berhenti berharap
Takkan ku berhenti menunggu
Walau diriku penuh derita
Walau diriku penuh luka
Walau diriku penuh siksa
'Kan ku terima semua
Agar aku tetap untukmu
Agar tau tetap untukku
Kan ku tunggu kau kembali
Kembali hanya untukku

Layang-layang Mimpi

Sikapakan putih lihatlah dasarnya
Berwarna-warni indah sayapnya
Hubungkan mimpiku melayang
Tak henti menggapai
Berarah, berlawankan angin
Melambungkan mimpi di angkasa
Hanya 'kan biarku terbang
Melayang
Badai masih saja iri padaku
Aku terpaku
Menunggu badai henti
Kan ku gantungkan mimpiku
Hingga menggapai sang mentari
Walau 'kan jatuh
Aku pada pendirianku
Layang-layang mimpi